Pernah merasa lupa sesaat ketika melakukan sesuatu? Hati-hati, bisa jadi kita mengalami kabut otak atau yang sering disebut brain fog. Kabut otak adalah kondisi di mana seseorang kesulitan berkonsentrasi terhadap suatu hal.
Kondisi ini bukan sebuah penyakit, tetapi gejala dari kondisi tertentu yang dapat memengaruhi kemampuan berpikir atau mengingat. Banyak faktor yang menjadi penyebab kabut otak, di antaranya kurang tidur, perubahan hormon, hingga situasi pandemi yang memicu stres dan kecemasan. Situasi pandemi khususnya berdampak pada orangtua yang masih harus mengasuh anak sembari bekerja dari rumah.
Tantangan ini membuat orangtua menjadi salah satu kelompok yang memiliki tingkat stres tinggi dan pada akhirnya mengalami kabut otak. Menurut para ahli, orangtua dapat mengatasi masalah ini dengan cara berikut, yaitu:
1. Mengurangi kebiasaan multitasking
“Orangtua sering melakukan banyak tugas dan menyeimbangkan banyak tuntutan. Hal-hal seperti itulah yang membuat kabut otak terasa sangat sulit.” Begitu penjelasan Nada Goodrum, PhD, psikolog di University of South Carolina. Membagi fokus bukanlah pekerjaan yang mudah. Jika kita memaksakan hal itu, akan terjadi hubungan arus pendek pada otak yang menyebabkan kita mengalami kabut otak.
Mengurangi kebiasaan multitasking tidak mudah, apalagi ketika anak menghabiskan lebih banyak waktu di rumah selama pandemi. Namun, Goodrum menekankan pentingnya membuat perubahan kecil. “Kita bisa tergoda untuk memeriksa ponsel ketika bersama anak, tetapi membagi perhatian kita dan beralih bolak-balik dapat membuat kabut otak jauh lebih buruk,” ujarnya. Carilah momen di mana kita dapat mengurangi kebiasaan multitasking demi menjaga kondisi otak.
2. Olahraga singkat
Olahraga teratur membuat otak dan tubuh tetap bugar, tetapi kita tidak perlu berolahraga hingga banyak berkeringat untuk mengatasi kabut otak. Studi menunjukkan, melakukan sesi latihan singkat seperti berjalan kaki lima menit dapat meningkatkan fungsi kognitif.
Satu temuan yang diterbitkan para peneliti dalam program Harvard University Healthy Buildings mengamati pekerja kantoran di enam negara berbeda. Hasilnya, menghirup udara di tempat kerja selama berjam-jam dikaitkan dengan kesulitan berkonsentrasi dan memecahkan masalah. Studi tersebut juga mengungkap, pergi ke luar ruangan dapat mengubah beberapa metrik kognitif hanya dalam 15 menit.
3. Kenali respons stres tubuh
Pada mayoritas orang dewasa, kabut otak biasanya disebabkan oleh peradangan saraf, kata Karan Kverno, PhD, asisten profesor di Johns Hopkins School of Nursing. Paparan virus, cedera, penuaan, dan stres dapat menyebabkan peradangan saraf. Stres diketahui melemahkan sebagian besar elemen sistem kekebalan dan merugikan otak, catat Kverno.
“Sel di otak yang disebut mikroglia membantu menghilangkan semua virus mati. Tetapi tanpa virus, sel-sel ini mulai menyerang beberapa sel yang normal,” jelasnya. Seiring waktu, peradangan saraf mikrogial bisa menimbulkan masalah serius dan jika memengaruhi otak secara permanen, kondisi ini adalah salah satu penanda biologis utama demensia. Untuk menghentikan respons peradangan saraf, perhatikan tanda-tanda stres dalam tubuh kita.
“Ketegangan, sakit perut, atau sakit kepala, itu semua adalah gejala yang bisa berhubungan dengan stres jika tidak disebabkan oleh sesuatu yang dapat didiagnosis,” lanjut wanita tersebut. Tuliskan gejala stres lain yang kita alami ke dalam jurnal jika memungkinkan.
Setelah mengetahui efek stres membebani kita, cobalah bersantai untuk melawan dan menghentikan kabut otak.
4. Hindari asupan kafein dan alkohol
Kafein meningkatkan sekresi kortisol tubuh, hormon yang menentukan tingkat stres individu. Dalam dosis besar, kafein dapat memicu reaksi berantai biologis yang menyebabkan kabut otak. Ditemukan, peminum kopi yang menyesap kopi dalam jumlah sedang kerap melaporkan tingkat stres yang lebih tinggi daripada mereka yang jarang mengonsumsi kafein.
Konsumsi minuman beralkohol juga dapat merusak otak dengan berbagai cara. Ada bukti yang menunjukkan alkohol masih memengaruhi rentang perhatian hingga memori seseorang sehari setelah alkohol itu dikonsumsi.
5. Tidur
Tidur adalah langkah terpenting untuk menjaga ketajaman otak. Kurang tidur dapat menyebabkan perubahan hormonal yang membuat kita sangat rentan terhadap peradangan saraf dan kabut otak.